Sabtu, 10 April 2010

PERTOLONGAN ALLAH TELAH DATANG

PERTOLONGAN ALLAH TELAH DATANG
WAHAI SAUDARAKU...
KETAHUILAH BAHWA SELAMA INI KITA TERJEBAK DALAM PERANGKAP SYAITAN, NAMUN KITA TIDAK MENYADARINYA KARENA DIA BERADA DI SUATU TEMPAT YANG KITA TIDAK BISA MELIHATNYA, TETAPI DIA BISA MELIHAT KITA.
SEBENARNYA KITA SEMUA BERSAUDARA, TETAPI SYAITAN TELAH BERHASIL MEMECAH BELAH PERSAUDARAAN KITA DAN MENIMBULKAN PERMUSUHAN SERTA DENDAM DI DALAM DIRI KITA MASING-MASING. SEHINGGA HAMPIR TIDAK ADA WAKTU BAGI KITA UNTUK MEMIKIRKAN DIRI KITA SENDIRI.
SETIAP KITA MEMILIKI FITRAH, NALURI UNTUK BERBUAT BAIK KEPADA DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN, TETAPI SYAITAN MEMBISIKKAN KEJAHATAN KE DALAM DADA KITA AGAR BERBUAT KERUSAKAN DAN PERTUMPAHAN DARAH DI BUMI INI.
WAHAI SAUDARAKU...
BEGITU BESAR KASIH SAYANG ALLAH KEPADA KITA, SEHINGGA DIA MENGANCAM KITA DENGAN NERAKANYA BAGI KITA YANG TIDAK MENGIKUTI PETUNJUKNYA, DAN MENJANJIKAN SURGA BAGI KITA YANG PATUH KEPADANYA, SEHINGGA DENGAN DEMIKIAN KITA TIDAK IKUT TERJEBAK DALAM PERANGKAP SYAITAN TERSEBUT.
KITA SEMUA BERHARAP DAPAT MASUK SURGA, TAPI SYAITAN SELALU MENGAJAK KITA KE NERAKA. HANYA ALLAH... DAN HANYA ALLAH YANG BISA MENOLONG KITA. MAKA BARANG SIAPA DATANG KEPADA ALLAH DENGAN KETIDAKBERDAYAANNYA (BERSERAH DIRI) MAKA ALLAH AKAN MENGIRIMKAN RUH PENOLONG BAGINYA.
WAHAI SAUDARAKU...
KETAHUILAH BAHWA RUH ITU TELAH DATANG. DIALAH ISA YANG DIPERKUAT DENGAN RUHUL QUDUS, YANG SEBAGIAN ORANG MENYEBUTNYA DENGAN YESUS SANG JURU SELAMAT. BUKAKANLAH PINTU RUMAHMU BAGINYA, KEMUDIAN IKUTILAH DIA, NISCAYA DIA AKAN MENGANTARKANMU KEHADHIRAT TUHAN YANG AGUNG. INILAH AJARAN ISA DALAM INJILNYA YANG MULIA.
SETELAH ITU ALLAH MENGUTUS RASULNYA YANG TERAKHIR SEBAGAI MANUSIA TELADAN YANG DIMULIAKANNYA, SATU-SATUNYA MANUSIA YANG BERHASIL MENJALANKAN AJARAN INJIL SEBAGAI ILMU TERTINGGI DALAM AL QURAN, YANG DENGAN PERANTARAAN SANG RUHUL QUDUS (JIBRIL) BELIAU DIPERKENANKAN UNTUK MELIHAT WAJAH TUHANNYA, DIALAH MUHAMMAD SAW. DIALAH PENYEMPURNA AGAMA SEBAGAI KONSEP DALAM PERJALANAN HIDUP UMAT MANUSIA, MAKA MARILAH KITA JADIKAN BELIAU SEBAGAI SURI TELADAN DALAM KEHIDUPAN KITA.
WAHAI SAUDARAKU...
SESUNGGUHNYA KITA SEMUA BERASAL DARI ALLAH, DAN TIDAK ADA SEORANG PUN DARI KITA MELAINKAN AKAN KEMBALI KEPADANYA, BAIK DENGAN SUKA MAUPUN TERPAKSA. MAKA DEMI ALLAH... TIDAK ADA SEORANGPUN YANG SAMPAI KEPADANYA DENGAN SELAMAT MELAINKAN ORANG-ORANG YANG BERSERAH DIRI KEPADANYA.
WAHAI SAUDARAKU...
RENUNGKANLAH DIRIMU...SEMUA MANUSIA ADALAH SAUDARAMU. JANGANLAH MEMUSUHI SAUDARAMU KARENA KEJAHATAN YANG DILAKUKANNYA, TETAPI MUSUHILAH KEJAHATAN ITU UNTUK MENYELAMATKAN SAUDARAMU. PEDANGMU HANYA DAPAT MENCELAKAKAN SAUDARAMU, TETAPI LIDAHMULAH YANG DAPAT MENYELAMATKAN SAUDARAMU. SAMPAIKANLAH ILMU KEPADA SAUDARAMU NISCAYA AKAN MELAHIRKAN IMAN DALAM HATI SAUDARAMU, MAKA IMAN ITULAH YANG AKAN MEMBUNUH KEJAHATAN DALAM DIRINYA.
WAHAI SAUDARAKU...
MARI KITA PERKUAT TALI PERSAUDARAAN KITA AGAR DAPAT MENAKLUKKAN SYAITAN. SYAITAN ITU MUSUH KITA BERSAMA... TANGGALKAN SEMUA KEBENCIAN, TANGGALKAN SEMUA DENDAM KESUMAT, MARI BERGANDENG TANGAN, SALING BERPESAN DALAM KEBAIKAN DAN KEBENARAN, MARILAH KITA BERSATU. KETAHUILAH SAUDARAKU... “SYAITAN TIDAK PERNAH ADA DALAM YANG SATU, SYAITAN SELALU BERADA DIANTARA YANG DUA....” MAKA BERSATULAH...
WAHAI SAUDARAKU...
MARI KITA SAMBUT DATANGNYA KEMENANGAN...
KEPADA ALLAH KITA BERTAWAKAL...
NOTE: Jika Anda yakin bahwa ini kebenaran, maka sampaikanlah kepada teman-teman Anda, print, foto copy, sebarkan, Insya Allah bernilai dakwah. Kalau ada input, silahkan kirim email Anda ke: Laami76@yahoo.co.id

Selasa, 09 Maret 2010

BAGIAN-6
Arti sebuah nama.


‘Nama’.... adalah identitas sesuatu, yang dengannya sesuatu itu dapat dikenal. Sebuah nama tidak muncul begitu saja melainkan berasal dari sebuah defenisi atau konsep yang jelas terhadap sesuatu itu. Jika ada dua buah nama yang sama tetapi memiliki defenisi yang berbeda, maka keduanya berbeda. Sebaliknya kalau ada dua nama yang berbeda tetapi memiliki defenisi atau konsep yang sama, maka keduanya sama. Ilustrasi: orang Melayu memakai SEPATU. Kalau nama itu dia bawa ke Eropa misalnya, maka di sana tidak ada seorang pun yang memakai SEPATU. Tetapi kalau defenisinya yang dia bawa ke sana, maka banyaklah orang yang memakai sepatu tetapi namanya bukan SEPATU.
Jadi sebuah nama tidaklah lebih penting dari defenisi atau konsep dari nama tersebut. Pengetahuan terhadap sesuatu berarti bukan hanya sekedar nama yang diketahui, melainkan pengetahuan terhadap konsep sesuatu itu. Maka apa yang diajarkan oleh Allah SWT kepada Adam AS adalah bukan hanya sekedar nama-nama belaka terhadap segala sesuatu, melainkan pengetahuan terhadap segala sesuatu. (catatan: akan dibahas pada bagian selanjutnya). QS 2 ayat 31-32:
31. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."


Olehnya itu marilah kita meningkatkan pengetahuan terhadap defenisi tentang sesuatu, sebelum kita tertipu dengan adanya nama yang sama namun konsep berbeda. Sebagai contoh, defenisi tentang agama menurut Al Quran QS 30 ayat 30 berikut:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

Fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu naluri untuk memikirkan asal kejadian/penciptaan dirinya, keberadaan dirinya di dunia ini yang pasti berhadapan dengan kematian, apa yang terjadi setelah kematian itu, kemudian muncul naluri untuk mencari keselamatan dirinya, maka dia berada di atas agama yang lurus, apa pun nama agama yang dianutnya. Tetapi kalau ada manusia tidak beragama, maka dia tidak akan memikirkan semua itu, hidup sekedar hidup, kalau mati berarti selesai.
Apakah ini berarti membenarkan semua agama? Tentu tidak, karena konsep agama itu hanya satu, dan Allah SWT menyebutnya dalam Al Quran sebagai Islam. QS 3 ayat 19:
Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

Kenapa hanya Islam? Karena agama mengajarkan bahwa semuanya dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Allah SWT telah melahirkan kita ke dunia, kemudian Dia mengajarkan agama kepada kita agar kita bisa kembali kepadaNya dengan selamat, maka tidak ada yang sampai kepadaNya dengan selamat kecuali dia berserah diri kepadaNya. QS 3 ayat 85:
Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

Artinya kalau kita beragama, terus agama kita tidak mengajarkan untuk berserah diri kepada Allah, maka agama kita tidak akan di terima di sisiNya atau dapat di katakan kita tidak sampai kepadaNya, padahal kita semua ini akan kembali kepadaNya baik dengan suka maupun terpaksa. QS 3 ayat 83:
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.

Kalau segala yang di langit dan di bumi berserah diri, maka dapat dikatakan bahwa semua manusia pada dasarnya beragama Islam, namun derajat keislamannya berbeda-beda, dari yang paling rendah dan setengah-setengah, merekalah yang berserah diri dengan terpaksa, sampai islam kaffah (islam menyeluruh) yang berserah diri dengan suka. Yahudi dan Nasrani bukan nama sebuah agama, melainkan penyimpangan dari islam dengan ciri bahwa Yahudi menyimpang dari Islam karena faktor kesombongan, sedangkan Nasrani menyimpang dari islam karena faktor kesesatan.
Adapun nama islam ini kurang lebihnya dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Islam berarti berserah diri kepada Allah. Allah adalah sebuah nama yang memiliki konsep yang jelas, antara lain QS 114 ayat 1-4:
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."


Kalau ada nama yang sama dengan itu (Allah), tetapi konsepnya tidak sama dengan di atas, maka itu pasti bukan Tuhan, dan orang yang berserah diri kepadanya bukanlah muslim (beragama Islam). Tetapi kalau konsep ketuhanannya sama dengan di atas meskipun namanya bukan Allah, kemudian dia berserah diri kepadanya, maka sebenarnya dia adalah seorang muslim, meskipun nama agamanya bukan Islam.

b. Islam berarti keselamatan, sebagai rahmat bagi seluruh alam. Keberadaan seorang muslim di suatu tempat membawa keselamatan bagi segala sesuatu di tempat itu, baik tumbuhan, hewan, manusia dan alam sekitarnya secara keseluruhan. Kebiasaannya suka menanam dan merawat tumbuhan, memelihara dan merawat binatang, suka menolong orang yang membutuhkan, menjaga kebersihan lingkungan, memperbaiki yang rusak, dan lain sebagainya, dia tidak berada di suatu tempat melainkan orang-orang ditempat itu merasa selamat dengan keberadaannya, senang dengan keberadaannya karena memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Itulah muslim sejati. Kita jangan terpengaruh dengan orang yang mengatasnamakan Islam, kemudian dia berbuat kerusakan di mana-mana, melakukan pertumpahan darah, dsb karena tidak ada konsep Islam seperti demikian.
Bagaimana dengan ‘perintah membunuh orang kafir’ dalam Al Quran?
Keimanan atau kekafiran seseorang itu letaknya di dalam hati, tidak seorang pun bisa mengetahui sebesar apa keimanan atau kekafiran sesorang tersebut. Jadi kalau membunuh seseorang dengan alasan kekafirannya maka termasuk membunuh tanpa alasan yang jelas, dan bahanya sangat besar. QS 5 ayat 32:
Oleh Karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan Karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan Karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan dia Telah membunuh manusia seluruhnya. dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah dia Telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya Telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, Kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.

Rasulullah SAW diberi kemampuan oleh Allah SWT untuk mengetahui tingkat keimanan seseorang. Beliau dapat mengetahui bahwa orang di hadapannya itu kafir, tetapi tidak serta merta Beliau membunuhnya kecuali orang tersebut hendak mencelakakan dirinya. Meskipun demikian, ketika orang tersebut tidak berdaya di hadapannya, maka Beliau tidak berbuat aniaya terhadap orang tersebut.
Karena kekafiran seseorang itu adanya di dalam hati, maka membunuh orang kafir bukan berarti menyebabkan dia mati kafir, melainkan merubah kekafiran yang ada dalam hatinya menjadi beriman, dan ini bisa dipertanggungjawabkan baik di dunia maupun di akhirat. Tentu senjatanya bukan pedang, melainkan lidah sebab lidah lebih tajam daripada pedang.
Saya tertegun ketika pada suatu Jumat sang Khatib membahas tentang Hadits Rasulullah SAW yang mengatakan “serendah-rendahnya iman adalah menyingkirkan duri dari jalanan.” Menyingkirkan duri dari jalanan menyebabkan orang yang melewati jalan itu selamat dari duri, tidak terluka, dan dapat melewatinya tanpa hambatan, itulah iman yang paling rendah? Ya Allah... bagaimana kalau saya sendiri yang jadi duri di jalanan, gara-gara saya jalanan jadi macet, supir angkot, tukang ojek, tukang becak, yang mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya jadi terhambat sehingga anak istrinya bisa mati kelaparan, ada orang yang sakit di atas mobil ambulan terpaksa meninggal karena terlambat di bawa ke rumah sakit, orang-orang menjadi kesulitan untuk menyelesaikan urusannya, dsb, penyebabnya karena saya menjadi duri di jalanan itu... kira-kira sebesar apa keimanan saya???

BERSAMBUNG

Minggu, 28 Februari 2010

BAGIAN-5
Peran akal dalam memahami Al Quran


Al Quran terdiri atas dua bagian besar, yaitu ayat-ayat muhkamat (ayat-ayat jelas dan mudah dipahami), dan ayat-ayat mutasyabihaat (samar pemaknaannya karena dalam bentuk perumpamaan). QS 3 ayat 7:
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.

Sebahagian orang hanya mengambil ayat-ayat muhkamat saja dan menghindarkan diri dari mempelajari ayat-ayat mutasyabihaat, padahal Al Quran secara keseluruhan adalah petunjuk bagi kita. Jadi kita harus mempelajari juga ayat-ayat mutasyabihaat itu dengan catatan kita harus terlebih dahulu mensucikan rokhani kita agar hati kita tidak condong ke arah kesesatan. (baca kembali BAGIAN-1). Bagi orang-orang yang mendalam ilmunya mereka beriman kepada ayat-ayat mutasyabihaat itu, artinya mereka mempunyai pengetahuan tentang ayat-ayat tersebut. Wajar saja karena Allah SWT sudah memberi isyarat bahwa tidak ada yang dapat mengambil pelajaran daripadanya melainkan orang-orang yang berakal.
Allah SWT telah membuat segala macam perumpamaan dalam Al Quran. QS 18 ayat 54:
Dan Sesungguhnya kami Telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran Ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.

QS 30 ayat 58:
Dan Sesungguhnya Telah kami buat dalam Al Quran Ini segala macam perumpamaan untuk manusia. dan Sesungguhnya jika kamu membawa kepada mereka suatu ayat, Pastilah orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Kamu tidak lain hanyalah orang-orang yang membuat kepalsuan belaka."

Perumpamaan dalam Al Quran itu sebagai petunjuk. QS 2 ayat 26:
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan Ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

Orang-orang yang disesatkan Allah SWT dengan perumpamaan itu adalah mereka yang hatinya condong kepada kesesatan, sedangkan orang-orang yang diberi petunjuk adalah mereka yang menjadikan perumpamaan itu sebagai pelajaran, karena segala macam perumpamaan dalam Al Quran itu adalah sebagai pelajaran. QS 39 ayat 27:
Sesungguhnya Telah kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran Ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.

Tidak ada yang bisa memahami perumpamaan dalam Al Quran kecuali orang berilmu. QS 29 ayat 43:
Dan perumpamaan-perumpamaan Ini kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.

Sehingga bagi orang-orang berilmu Al Quran merupakan ayat-ayat yang jelas/nyata. QS 29 ayat 49:
Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat kami kecuali orang-orang yang zalim.

Bagaimana peran akal dalam memahami Al Quran? Perhatikan kaitan dua buah ayat berikut ini. QS 3 ayat 190:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

hubungkan dengan QS 41 ayat 53:
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?

Dari kedua ayat tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa akal adalah fasilitas yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia yang dengannya manusia itu dapat memahami tanda-tanda di langit, di bumi dan pada dirinya sehingga jelas baginya bahwa Al Quran adalah benar (Iman kepada Al Quran). Jadi peran akal sangat penting untuk meningkatkan iman kita. Dengan akalnya manusia mendapatkan pelajaran agar memiliki pengetahuan, sehingga dengan pengetahuannya itu dia akan beriman. Jadi dapatlah disimpulkan bahwa orang yang diberi izin oleh Allah untuk beriman adalah mereka yang memiliki pengatahuan. QS 10 ayat 100:
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.

Apa pekerjaan akal? Perhatikan QS 3 ayat 190-191:
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.


Jadi orang berakallah yang senantiasa mengingat Allah SWT dalam berbagai keadaan, dan orang berakallah yang senantiasa memikirkan tentang segala ciptaan Allah SWT dimana tidak ada sesuatu ciptaan Allah SWT yang diciptakanNya dengan sia-sia, melainkan Allah SWT menciptakan semua itu penuh dengan hikmah. Selanjutnya mereka memohon perlindungan dari siksa neraka, karena orang kafir menganggap penciptaan langit dan bumi itu tidak ada apa-apanya, biasa-biasa saja. QS 38 ayat 27:
Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu Karena mereka akan masuk neraka.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan betapa penting peran akal ini dalam kehidupan kita sebagai manusia. Patutlah kita bersyukur bahwa manusia dikaruniai akal oleh Allah SWT, yang apabila kita mempergunakannya niscaya Allah SWT akan memberi hikmah kepada kita. QS 2 ayat 269:
Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

Dan marilah kita jaga akal ini dengan sebaik-baiknya. Begitu besarnya kasih sayang Allah SWT yang diberikanNya kepada kita dengan mengharamkan segala sesuatu yang bisa merusak akal kita, seperti minum minuman keras, narkotika dan obat terlarang, dsb, kemudian diganti dengan perintah “Dirikan sholat untuk mengingatKu”,dimana telah dikatakan bahwa orang berakallah yang mengingat Allah, maka berarti sholat dapat meningkatkan potensi akal kita agar lebih cerdas (silahkan para pakar menelitinya). Mau buktikan? Belajarlah ketika kita selesai melaksanakan sholat...!!!

BERSAMBUNG
.

Kamis, 25 Februari 2010

BAGIAN-4
Cara memahami Al Quran secara hikmah

Mungkin kita termasuk orang yang boleh dikatakan rajin membaca Al Quran, namun kadang-kadang kita sulit memahami isinya. Pada hal untuk menjadikan Al Quran itu sebagai petunjuk, kita harus memahami isinya terlebih dahulu untuk bisa diamalkan dengan benar dalam kehidupan keseharian kita. Kenapa kita sulit memahami Al Quran? QS 17 ayat 45:
Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup,

Nampaknya Allah SWT mengadakan suatu hijab (dinding) bagi orang-orang tertentu. Kepada siapa? Kepada orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat. Berarti kepada orang-orang yang beriman terhadap akhirat tidak ada hijab bagi mereka, sehingga mereka mudah memahami Al Quran. Inilah salah satu alat untuk menghisab diri kita masing-masing, sudahkah kita beriman kepada kehidupan akhirat? Lebih baik kita mengaku belum, daripada terkena ayat QS 2 ayat 8 berikut:
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.

Beriman kepada sesuatu harus didasari pengetahuan terhadap sesuatu itu, atau boleh kita katakan tidak ada iman tanpa pengetahuan. QS 2 ayat 13:
Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain Telah beriman." mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu Telah beriman?" Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.

Jadi jelaslah bahwa orang-orang yang tidak beriman itulah yang dicap oleh Allah SWT sebagai orang yang bodoh (tidak berpengetahuan). Maka untuk beriman kepada akhirat, kita membutuhkan pengetahuan tentang akhirat itu, di mana pengetahuan tersebut tidak ada seorang manusia pun yang mengetahuinya. Olehnya itu kita hanya berpatokan kepada apa yang disebutkan oleh Allah SWT dalam Al Quran.
Berikut beberapa ayat tentang akhirat yang bisa mengantarkan kita kepada kemampuan memahami Al Quran:
Setiap umat akan dihadapkan kepada Allah. QS 36 ayat 32:
Dan setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi kepada kami.

Mereka datang kepada Allah sendiri-sendiri. QS 19 ayat 95:
Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.

Mereka datang kepada Allah sendiri-sendiri sebagaimana mereka diciptakan pada awalnya. QS 6 ayat 94:
Dan Sesungguhnya kamu datang kepada kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang Telah kami karuniakan kepadamu; dan kami tiada melihat besertamu pemberi syafa'at yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu. sungguh Telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan Telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah).

Di sini Allah mengungkap rahasia tentang akhirat itu bahwa ternyata peristiwa atau proses datangnya manusia kepada Allah nanti adalah sebagaimana proses penciptaan awal manusia itu. Jadi untuk lebih mendalami tentang ilmu akhirat itu kita harus memperdalam pengetahuan tentang proses kejadian kita. Hanya bedanya adalah pada proses penciptaan awal manusia diadakan perjanjian dengan Tuhan, sementara pada peristiwa kembali adalah masa pertanggungjawaban terhadap perjanjian awal tersebut. QS 18 ayat 48:
Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada kami, sebagaimana kami menciptakan kamu pada kali yang pertama; bahkan kamu mengatakan bahwa kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian.

Adapun perjanjian awal dimaksud adalah QS 7 ayat 172:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)",

Tenggang waktu antara proses kejadian sampai proses kembali adalah masa kehidupan di dunia, sebagai masa ujian bagi manusia tersebut apakah dia setia kepada janjinya itu ataukah melanggarnya. Pada masa itu Allah SWT memberikan suatu ajaran kepada manusia untuk dijalankan dalam kehidupannya yaitu agama. Apa itu agama menurut defenisi Al Quran? QS 30 ayat 30:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Agama adalah fitrah kejadian manusia, di mana dalam menciptakan manusia Allah tidak merubah fitrah itu. Mempelajari agama berarti mempelajari fitrah kejadian kita. Agama dengan berbagai hal yang bersangkutan dengannya tidak lepas dengan proses kejadian kita. Inilah yang dikatakan oleh Allah bahwa kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Jadi kalau kita menjalankan agama dengan sungguh-sungguh pada hakekatnya kita mengulangi proses kejadian diri kita sendiri, karena seperti itulah nanti kita akan kembali kepadaNya. QS 7 ayat 29:
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. sebagaimana dia Telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)".

Untuk menjalankan agama dengan benar Allah memberi petunjuknya berupa Al Quran. Mempelajari Al Quran seluruhnya adalah mempelajari agama atau mempelajari proses kejadian kita. Maka dengan berani saya katakan bahwa isi kandungan Al Quran itu, baik ayat muhkamat maupun mutasyabihaat, adalah berkisar seputar proses penciptaan manusia. Wah... pantas saja, ketika Jibril AS menyampaikan wahyu pertama kepada Muhammad SAW adalah perintah membaca denga nama Tuhan Yang Menciptakan. QS 96 ayat 1-5:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.


Semakin kita sering membaca Al Quran, semakin sering kita mempelajari tentang diri kita, sehingga cepat atau lambat kita mengenal diri kita sendiri, maka dengan mudah kita akan mengenal siapa Tuhan kita. Inilah rahasia kema’rifatan dalam Al Quran. QS 14 ayat 52:
(Al Quran) Ini adalah penjelasan yang Sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.

BERSAMBUNG

Rabu, 24 Februari 2010

BAGIAN-3
Pendahuluan


Pada bagian ke-3 ini saya akan mencoba memaparkan suatu langkah persiapan untuk memasuki ilmu hikmah dari Al Quran. Harapan saya kiranya kita telah membaca dengan seksama catatan bagian-2 dan memahaminya. Jika belum, saya sarankan untuk kembali membacanya sampai betul-betul paham.

Hisablah dirimu sebelum engkau di hisab

Istilah itu saya dengar dari seorang khotib pada suatu hari Jumat, beliau menyampaikan bahwa pesan itu disampaikan oleh Khalifah Umar ra. Yang saya tahu bahwa Umar ra adalah salah seorang dari sahabat Rasulullah SAW yang mendapat jaminan masuk surga (telah selamat). Dengan demikian maka perkataannya di atas itu sudah pasti benar. Saya berani katakan demikian karena didukung oleh QS 59 ayat 18:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Itulah pesan Allah SWT bahwa setiap orang hendaklah memperhatikan dirinya masing-masing. Dengan demikian maka petunjuk Allah SWT (Al Quran) yang kita baca itu ditujukan bagi setiap orang yang membacanya, bukan orang lain. Seperti contoh ketika membaca ayat yang diawali “hai orang-orang yang beriman”, mungkin kita merasa yang dimaksud adalah kita sendiri. Tetapi ketika membaca ayat “sesungguhnya orang-orang kafir itu....”, maka pikiran kita adalah orang lain di luar sana, bukan kita sendiri, pada hal boleh jadi kita termasuk di dalamnya. Kita dengan mudahnya menghakimi orang lain kafir, musyrik, munafik, fasik, murtad, sombong, dzalim, dsb, pada hal boleh jadi kita lebih buruk daripada orang lain. Kita sering terjebak untuk sibuk dengan urusan yang sangat kecil (keselamatan orang lain) sampai lupa kepada persoalan yang sangat besar yaitu keselamatan diri sendiri.
Jadi marilah kita senantiasa menghisab diri kita sendiri, agar apa yang Allah SWT turunkan kepada kita (Al Quran) itu dapat dengan mudah kita pahami dan mendapatkan ilmu hikmah di dalamnya. QS 36 ayat 1-2:
1. Yaa siin
2. Demi Al Quran yang penuh hikmah,


Kalau boleh saya katakan bahwa kita telah melewati fase suhuf-suhuf itu, atau kita sudah mengenal yang mana Khaliq dan yang mana makhluk. Sekarang kita sudah baligh, sudah berlaku hukum-hukum bagi kita. Siapa yang berbuat pelanggaran akan mendapat dosa, dan siapa yang mengerjakan kebajikan akan mendapat pahala. Inilah fase taurat. Pertanyaan selanjutnya pada diri kita masing-masing antara lain adalah:
- apakah kita berupaya menjauhi pelanggaran-pelanggaran hanya karena takut akan berdosa? Pernakah kita tersadar bahwa kerusakan-kerusakan yang kita perbuat di muka bumi ini baik kepada manusia, hewan, tumbuhan, maupun alam sekitar secara keseluruhan adalah sebenarnya merusak diri kita sendiri?
- Apakah kita melakukan kebajikan di muka bumi ini hanya karena berharap Allah SWT memberi pahala sejumlah sekian dan sekian? Sadarkah kita bahwa kalau bukan karena nikmatNya kita tidak akan mampu berbuat kebajikan walau secuil pun?
- Bukankah Allah SWT telah memberikan begitu banyak nikmatNya kepada kita tanpa hitungan-hitungan? Sementara untuk memujiNya, menyebut namaNya, keagunganNya, dan lain sebagainya, kita selalu berhitung sekian kali atau sekian ribu kali?
- Masih banyak pertanyaan serupa yang perlu kita renungkan. QS 72 ayat 13:
Dan Sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Quran), kami beriman kepadanya. barangsiapa beriman kepada Tuhannya, Maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.

Marilah kita bergerak masuk kepada fase berikutnya yaitu fase zabur dan injil yang penuh dengan hikmah. Memang sangat berat untuk masuk ke sana kecuali atas petunjuk Allah SWT. Namun demikian Allah SWT telah menerangkannya dengan sangat jelas metodenya dalam Al Quran, antara lain yang telah sampai pengetahuannya kepada saya adalah:
1. metode pergerakan nabi-nabi.
2. metode hijrah atau keluar kampung.
3. metode bunuh diri atau metode mi’raj.
4. metode pindah kiblat.
Dari keempat metode itu kelihatannya berbeda namun pergerakannya sama saja, terhimpun dalam satu thoriqat (jalan) yaitu SHOLAT. QS 29 ayat 45:
Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

QS 72 ayat 16:
Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak).

Semua itu Insya Allah akan dipaparkan secara lengkap berdasarkan firman-Nya pada pembahasan selanjutnya. Semoga kita semua senantiasa tetap pada petunjukNya.
(mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; Karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)".


BERSAMBUNG

Rabu, 10 Februari 2010

BAGIAN 2

Pendahuluan


Pada bagian kedua catatan ini masih berkisar pada hal-hal yang sangat mendasar sebelum memasuki hikmah Al Quran. Sebaiknya kita telah memahami bagian pertama, agar kita mudah membimbing diri kita sendiri untuk masuk ke dalam hikmah Al Quran tersebut, dalam hal ini diperlukan rasa kesabaran dan keyakinan yang teguh bahwa Allah SWT akan memberi petunjuknya kepada kita semua. Amin.

Hubungan Al Quran dengan kitab-kitab sebelumnya

Al Quran diturunkan secara berangsur-angsur. QS 17 ayat 106:
Dan Al Quran itu Telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian.

Al Quran tidak diturunkan sekaligus, untuk memperteguh hati Muhammad SAW. QS 25 ayat 32:
Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).

Isi kandungan Al Quran sebenarnya sudah diturunkan sejak manusia pertama diturunkan ke bumi. QS 2 ayat 38:
Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".

Petunjuk Allah SWT itu datang bersama dengan diutusnya seorang rasul yang akan membacakan petunjuk itu kepada manusia. Perlu kita catat bahwa setiap rasul yang di utus ke bumi mengajarkan manusia untuk bertauhid dan berserah diri kepada Allah SWT (islam), berarti petunjuk yang mereka bawa adalah petunjuk tentang islam. Mari kita baca beberapa keterangan berikut ini:
- semua rasul mengajarkan ketauhidan. QS 21 ayat 25:
Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku".

- islam adalah agama tauhid yang telah diwasiatkan kepada Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS dan Isa AS. QS 42 ayat 13:
Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).

- Nuh AS diperintahkan untuk masuk ke dalam golongan orang-orang muslim. QS 10 ayat 72:
Jika kamu berpaling (dari peringatanku), Aku (Nuh) tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan Aku disuruh supaya Aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)".

- Ibrahim AS dan Ya’qub AS mewasiatkan Islam kepada anak cucunya. QS 2 ayat 131-132:
131. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
132. Dan Ibrahim Telah mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah Telah memilih agama Ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".

- Yusuf AS berdoa agar mati dalam keadaan muslim. QS 12 ayat 101:
Ya Tuhanku, Sesungguhnya Engkau Telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan Telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah Aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah Aku dengan orang-orang yang saleh.

- pengikut Isa AS yang setia adalah muslim. QS 5 ayat 111:
Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku". mereka menjawab: kami Telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)".

Rasul-rasul itu diutus oleh Allah SWT sebagai tahap persiapan menyambut datangnya rasul yang terakhir (Muhammad SAW). QS 3 ayat 81:
Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu".

maka kitab yang dibawa rasul-rasul sebelumnya adalah sebagai tahap persiapan untuk datangnya kitab yang terakhir (Al Quran), sehingga isi kandungan Al Quran itu sebenarnya sudah tersebut dalam kitab-kitab terdahulu itu. QS 26 ayat: 196-197:
196. Dan Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar (tersebut) dalam kitab-kitab orang yang dahulu.
197. Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?


Sangatlah disayangkan bahwa kitab-kitab sebelumnya itu sudah diubah-ubah oleh para ahli kitab. QS 2 ayat 75:
Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?

Seandainya tidak ada perubahan, pasti tidak akan berbeda atau bertentangan dengan Al Quran. Jadi Al Quran adalah filter atau batu ujian bagi kebenaran kitab-kitab terdahulu, karena Al Quran terjaga dari campur tangan manusia. QS 5 ayat 48:
Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu,

QS 15 ayat 9:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.

Kalau kita perhatikan QS 5 ayat 48 bahwa Al Quran itu membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan kandungan kitab-kitab terdahulu sudah termaktub di dalam Al Quran.
Adapun kandungan kitab-kitab terdahulu itu secara garis besarnya sbb:
- suhuf-suhuf (lembaran-lembaran) yang diturunkan antara lain kepada nabi Ibrahim AS dan Musa AS berisi pengenalan tentang ketauhidan, pengetahuan tentang Khaliq dan makhluk.
- Kitab taurat kepada nabi Musa AS berisi hukum-hukum Allah (syariat Islam)
- Kitab zabur kepada nabi Daud AS berisi hakikat tentang alam semesta.
- Kitab injil kepada nabi Isa AS berisi hakikat tentang diri manusia.
Kitab-kitab itu turun secara bertahap untuk mengantarkan manusia kepada kesempurnaan Islam. Sangatlah keliru kalau dikatakan bahwa kitab-kitab itu untuk suatu golongan tertentu, melainkan untuk seluruh manusia sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir manusia itu.
Pada suatu masa tertentu Allah SWT mengajarkan kepada manusia nama-nama segala sesuatu sampai pada pengetahuan tentang Khaliq dan makhluk. Ketika manusia itu sudah sampai pada masa aqil baligh, maka berlakulah hukum baginya. Masa itulah manusia belajar tentang taurat (hukum-hukum). QS 5 ayat 43:
Dan bagaimanakah mereka mengangkatmu menjadi hakim mereka, padahal mereka mempunyai Taurat yang didalamnya (ada) hukum Allah, Kemudian mereka berpaling sesudah itu (dari putusanmu)? dan mereka sungguh-sungguh bukan orang yang beriman.

Taurat itu sebagai pelajaran bagi seluruh manusia. QS 28 ayat 43:
Dan Sesungguhnya Telah kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk men- jadi Pelita bagi manusia dan petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat.

Masa ini adalah masa yang paling sulit bagi manusia karena inilah masa peperangan dalam diri manusia, yaitu perang antara kebenaran melawan kebathilan. Di sini manusia terbagi menjadi 3 golongan, yaitu:

1. golongan orang-orang yang kalah.

Mereka adalah golongan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya, termasuk di dalamnya orang-orang yang tidak mau berperang. Allah SWT menyebut mereka sebagai orang-orang yang melampaui batas dan mengutamakan kehidupan dunia. Bagi mereka Allah telah mempersiapkan neraka sebagai tempat tinggalnya nanti. QS 79 ayat 37-39:
37. Adapun orang yang melampaui batas,
38. Dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
39. Maka Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).

2. golongan orang-orang yang terus-menerus berperang.

Mereka adalah orang-orang yang bertahan di daerah konflik. Setiap saat mereka diperhadapkan dengan perselisihan, pertentangan, perbedaan pendapat dan persoalan-persoalan hukum lainnya yang tiada henti-hentinya. Semakin mereka berusaha menegakkan hukum, semakin banyak mereka melihat pelanggaran hukum di mana-mana. Seperti itulah kenyataannya sebagaimana ketetapan Allah SWT bagi mereka dalam QS 7 ayat 145:
Dan Telah kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; Maka (Kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik.

Jadi kalau kita bertahan pada hukum-hukum itu maka yakinlah bahwa kita selalu diperhadapkan dengan kumpulan orang-orang fasik (orang-orang yang melanggar). Sangat sulit untuk keluar dari masa ini sebagai mana sulitnya Musa AS memasuki ilmu Khaidhir AS (akan diceritakan kemudian pada fase nabi-nabi).

3. golongan orang-orang yang menang.

Mereka adalah orang-orang yang berhasil memenangkan pertempuran. Mereka hidup dalam damai, dan ketika kematian menjemput mereka, mereka mati dengan jiwa yang tenang. QS 79 ayat 40-41:
40. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
41. Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).



QS 89 ayat 27-30:
27. Hai jiwa yang tenang.
28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
29. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
30. Masuklah ke dalam syurga-Ku.

Golongan ketiga itulah yang diberikan oleh Allah SWT pengetahuan tentang injil. Injil tersebut dikhususkan untuk mereka, yaitu orang-orang yang bertakwa untuk dijadikan pelajaran. QS 5 ayat 46:
Dan kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. dan kami Telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.

Kitab injil diturunkan kepada nabi Isa AS itu berisi hikmah. QS 43 ayat 63:
Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: "Sesungguhnya Aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku".

Jadi di dalam injil itu penuh hikmah yang menjelaskan persoalan-persoalan yang diperselisihkan di dalam taurat, bagaikan Khaidhir AS menjelaskan perbuatannya kepada Musa AS. Ciri khas orang-orang pengikut injil adalah memiliki rasa santun dan kasih sayang dalam hatinya. QS 57 ayat 27:
Kemudian kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul kami dan kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan kami berikan kepadanya Injil dan kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik.

Selanjutnya Al Quran diturunkan sebagai pelita bagi seluruh manusia, dan sebagai pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. QS 3 ayat 138:
(Al Quran) Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

Bersyukurlah kita bahwa kita hidup pada masa Al Quran telah turun dengan sempurna, sudah ada di dalamnya suhuf-suhuf, taurat, zabur dan injil. Namun tentu tanggung jawabnya akan lebih besar karena seorang penganut agama yang sejati adalah mereka yang disebutkan oleh Allah dalam QS 5 ayat 68 berikut:
Katakanlah: "Hai ahli kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; Maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.
....(BERSAMBUNG)

Sabtu, 06 Februari 2010

BAGIAN 1

Pendahuluan

Catatan ini saya beri judul HIKMAH ALQURAN karena berisi pendalaman atau pemahaman secara mendalam tentang Al Quran yang Insya Allah bisa membawa kita kepada kecintaan dan kekaguman terhadap Al Quran. Pada catatan awal saya paparkan dasar-dasar yang sangat penting untuk diketahui sebelum memasuki tahap pendalaman.
Hanya Allah-lah pemilik kebenaran, dan saya sebagai manusia biasa tentunya tidak akan luput dari kesalahan-kesalahan. Kecuali firman Allah (Al Quran) yang tidak ada keraguan di dalamnya, apa yang saya paparkan mungkin banyak kesalahan-kesalahan di dalamnya. Untuk itu kepada pembaca yang budiman saya mohon dengan keikhlasan hati agar dapat memberi sumbang saran maupun kritik yang membangun agar catatan yang salah/keliru dapat dilakukan perbaikan sehingga mendekati kebenaran. Untuk itu saya ucapkan terima kasih, semoga Allah SWT senantiasa memberi petunjukNya kepada kita semua. Amin.

Al Quran sebagai petunjuk

Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, memiliki naluri beragama untuk mencari keselamatan. Sebelum petunjuk datang kepadanya, berbagai cara dilakukan untuk mencapai maksud tersebut. Ada yang berbuat sesuai dengan inspirasinya, kemudian mengajak orang-orang disekitarnya yang juga belum mendapatkan petunjuk, lalu ditiru secara turun temurun sehingga menjadi kebiasaan. Inilah yang disebut sebagai agama nenek moyang. QS 43 ayat 22:
Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan Sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka".

Mereka pada dasarnya meyakini akan adanya kehidupan akhirat setelah kehidupan dunia ini. Tetapi bagaimana kehidupan akhirat itu mereka tidak tahu persis, mereka hanya menduga-duga. Sehingga persiapan untuk memasuki kehidupan itu mereka lakukan sesuai dengan pemahaman mereka masing-masing. Maka bermunculanlah macam-macam penyembahan dan peribadatan yang beraneka ragam. Mereka tetap mempertahankan kebiasaan itu meskipun petunjuk yang sebenarnya telah sampai kepada mereka. QS 2 ayat 170:
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".

Mencari keselamatan dengan cara sendiri-sendiri atau mengikuti kebiasaan orang-orang terdahulu sama sekali tidak ada jaminan keselamatan di dalamnya, tetapi kalau mengikuti petunjuk dari Allah SWT maka ada jaminan keselamatan di dalamnya. QS 2 ayat 38:
Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".

Bagi kita yang Insya Allah telah mendapat petunjuk tentu meyakini bahwa kehidupan akhirat itu sesuatu yang gaib, tidak seorang manusia pun yang mengetahuinya. Hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Hanya Allah SWT yang bisa bercerita tentang bagaimana kehidupan akhirat itu dan bagaimana cara mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan akhirat. Untuk itu Allah SWT telah menjelaskan secara lengkap dalam sebuah kitab petunjuknya yaitu Al Quran.
Sangatlah disayangkan ketika Al Quran telah sampai kepada kita, justru kita mengabaikannya, seakan-akan tidak bernilai apa-apa bagi kita. Inilah yang dikatakan oleh Rasulullah SAW kepada Tuhannya, sebagaimana disebutkan dalam QS 25 ayat 30:
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan".

Tidak diacuhkan dalam hal ini antara lain adalah kita tidak sepenuhnya menjadikan Al Quran sebagai petunjuk. Masih ada pemahaman-pemahaman yang kita ambil di luar Al Quran, yang tidak jelas sumbernya. Bahkan kalau pun telah ada petunjuknya dalam Al Quran dan Rasulullah SAW telah menjelaskannya dalam hadits-haditsnya, namun kita tetap tidak berpegang teguh kepadanya. Di sinilah terlihat, seberapa besar nilai keimanan kita terhadap Al Quran itu. Ataukah kita masih termasuk ke dalam golongan orang-orang yang belum beriman terhadap Al Quran? QS 13 ayat 1:
Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Quran). dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar: akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya).

Kalau kebanyakan manusia tidak beriman kepada Al Kitab (Al Quran), berarti sedikit sekali orang yang beriman kepadanya. Siapa mereka? QS 2 ayat 121:
Orang-orang yang Telah kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.

Apakah kita sudah membaca Al Quran dengan bacaan yang sebenarnya? Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, antara lain:
1. hendaklah membaca dengan tartil (perlahan-lahan). QS 73 ayat 4:
Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.

Terkadang kita mengejar pahala huruf Al Quran yang kita baca. Semakin banyak huruf yang kita baca semakin banyak pahalanya. Namun lebih dari itu yang lebih penting adalah membaca dengan pemahaman, agar kita dapat mengambil pelajaran di dalamnya. Al Quran itu firman Allah, kata-kata Allah, bahasa Allah. Kita yakin bahwa ketika membacanya, Allah SWT akan memberi petunjukNya. QS 75 ayat 16-19:
16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran Karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.
17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
18. Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
19. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.


2. sebelum membaca Al Quran hendaklah bersuci, suci jasmani dan rokhani. Secara hukum tidak apa-apa orang membaca Al Quran sebelum bersuci, tetapi lebih baik lagi kalau dalam keadaan suci baik dari hadats besar maupun kecil. Karena untuk sampai kepada pemahaman Al Quran secara mendalam maka seseorang harus berada dalam keadaan suci lahir dan batin. QS 56 ayat 77-79:
77. Sesungguhnya Al-Quran Ini adalah bacaan yang sangat mulia,
78. Pada Kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),
79. Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.


Yang lebih penting adalah kesucian rokhani karena menyangkut niat kita ketika membaca Al Quran. Kemudian jauhkan diri kita dari prasangka negatif terhadap Al Quran sebab berakibat negatif pula bagi kita. Kalau kita berasumsi bahwa Al Quran itu sulit dipahami, atau hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memahaminya, maka kita akan senantiasa berhadapan dengan kesulitan-kesulitan ketika membacanya. Padahal Allah SWT telah memudahkan Al Quran bagi siapa saja yang mau mengambil pelajaran. QS 54 ayat 17:
Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?

Yakinlah bahwa Al Quran ini dari Tuhanmu, sebagai petunjuk bagimu. Setiap orang di dunia ini berhak mencari petunjuk di dalamnya karena memang Al Quran diperuntukkan bagi semua manusia. QS 3 ayat 138:
(Al Quran) Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

Kalau kita membaca dengan harapan bisa mendapat hikmah di dalamnya, maka Allah akan memberikan hikmah itu. QS 2 ayat 269:
Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

3. mulailah dengan meminta perlindungan kepada Allah SWT dari godaan syaitan agar Dia menjauhkan syaitan-syaitan itu dari mendengarkan Al Quran. QS 16 ayat 98:
Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.

QS 26 ayat 210-212:
210. Dan Al Quran itu bukanlah dibawa turun oleh syaitan- syaitan.
211. Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al Quran itu, dan merekapun tidak akan Kuasa.
212. Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan daripada mendengar Al Quran itu
.

Termasuk di dalam defenisi mengabaikan Al Quran adalah kita tidak mendengarkan dengan baik ketika Al Quran di baca. Orang kafir merasa enggan untuk mendengarkan bacaan Al Quran. QS 8 ayat 31:
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat kami, mereka berkata: "Sesungguhnya kami Telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran) Ini tidak lain hanyalah dongeng-dongengan orang-orang purbakala".

QS 31 ayat 7:
Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua telinganya; Maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.

Bahkan mereka melarang orang lain untuk mendengarkan bacaan Al Quran. QS 6 ayat 26:
Dan mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Quran dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka tidak menyadari.

Padahal mendengarkan bacaan Al Quran sebenarnya dapat mencegah kita dari kekafiran. QS 3 ayat 101:
Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Olehnya itu hendaklah kita diam dan memperhatikan dengan seksama ketika Al Quran dibacakan. QS 7 ayat 204:
Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.

Allah SWT memberi contoh dari golongan jin ketika mereka mendengarkan bacaan Al Quran, mereka diam. QS 46 ayat 29:
Dan (Ingatlah) ketika kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, Maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". ketika pembacaan Telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.

Setelah itu mereka menjadi beriman. QS 72 ayat 1-2:
1. Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: Telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami Telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan,
2. (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami,


Demikianlah mudah-mudahan kita termasuk ke dalam golongan orang yang bertambah keimanannya dengan mendengarkan bacaan Al Quran. QS 8 ayat 2:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

.... (BERSAMBUNG)